(Catatan pribadi kunjungan ke Yogya pasca gempa tgl 27.05.2006)

gempa_yogya

Barangkali bermanfaat bagi teman-teman, tulisan ini sekedar gambaran suasana daerah Jogya dan sekitarnya pasca gempa. Mudah-mudahan menguatkan Iman kita kepada yang diatas bahwa kita tidak berarti apa-apa tanpa-NYA. Amien

Minggu 28 Mei 2006

Minggu pagi kami masuk Yogya (kita bilangnya: Jogja) bersama rombongan karyawan Pindo yang akan mencari anggota keluarganya. Sebelum masuk Wates, kami ambil jalan pintas yang mau ke arah Imogiri. Saya lupa daerahnya, disini listrik masih nyala, tapi orang-orang pada tidur di emperan & tenda seadanya. Gagal karena jembatan ditutup, kami putar balik kembali ke jalur Wates. .Masuk Wates jalanan lengang tanpa cahaya. Mulai terasa suasana menyedihkan disini. Tembok-tembok rumah retak, satu dua atap gentengnya melorot. Pasar dan took-toko tidak ada aktifitas sama sekali.

Memasuki daerah Bantul (Jl. Parangtritis), Masya Allah. Rumah porak poranda, tumpukan bata yang tertimbun kayu-kayu dan genteng dimana-mana. Orang-orang dipinggir jalan terlihat sedih & letih tanpa tahu harus berbuat apa. (Pada kunjungan ke2, tempat tersebut sudah bau anyir dari bekas bangkai binatang dan mayat).

Menurut orang-orang yang saya temui, belum ada evakuasi dari pihak manapun selain oleh warga sendiri. Penguburan mayat-mayat (yang sudah ditemukan) dilakukan seadanya pada sabtu sore sampai malam hari.

Didaerah Trimulyo & Wonokromo kami menyerahkan obat-obatan dari PT. Pindo Deli. Mungkin kamilah rombongan pertama dari luar daerah yang datang, karena pagi itu hanya kami mobil ber plat bukan AB yang lewat , dan jalanan juga sepi kendaraan, tidak ada angkutan umum sama sekali. Beberapa orang dari luar Jogja yang datang, pada jalan kaki, atau numpang kendaraan apapun yang lewat.

Di daerah lain seperti Kotagede, Umbulharjo, Sampaan & Piyungan, suasana seperti itu tidak jauh beda. Kami tidak sempat mengantar karyawan yang di Klaten karena saya harus buru-buru melihat kondisi daerah saya di Gunung Kidul. Saya dijemput adik di Piyungan, tempat rumah salah satu karyawan kita yang rumahnya & kampungnya juga porak-poranda. Bus melanjutkan perjalanan ke Klaten, saya melanjutkan perjalanan ke GK. Jalan-jalan banyak yang retak atau tertimbun longsoran gunung. Kabel listrik centang perentang akibat tiangnya roboh. Begitu sepanjang jalan Piyungan- Gading.

Minggu sore saya sampai rumah. Sore s/d malam, hujan deras sambil sekali-kali masih ada gempa susulan, kami coba menghubungi teman-teman pindo via call/sms satu persatu untuk melaporkan kondisinya. Niat hati ingin mengunjungi mereka, tapi sayang tidak ada kendaraan operasional. Akhirnya beberapa karyawan kita bisa dihubungi, cukup untuk bahan laporan saya ke Pindo. Menurut Pak Seno malam itu, pada senin 29 Mei 2006 jam. 08.00 akan diadakan teleconference antara kami dengan Pindo.

Malam itu kami terima info dari temen-temen, saudara & karyawan Jogja dan Klaten bahwa hari itu pasca gempa benar-benar mencekam dan makin parah. Sebagian besar tidak ada air, listrik, & susah makan. Orang-orang pada stress serba salah, tidak ada yang berani masuk rumah. Kadang masih terjadi getaran gempa. Banyak yang keluarganya meninggal, dikubur seadanya atau terkapar di rumah sakit atau tenda-tenda dengan perawatan seadanya. Yang sehat atau ½ sehat tinggal di tenda-tenda darurat atau emperan, sementara hujan terus mengguyur.

Melihat situasi seperti itu, tekad saya saat itu hanya satu bahwa saya harus yakin bantuan Pindo (biarpun tidak seberapa) tersalur dengan benar. Paling tidak ikut mambantu dukungan moral. Sebelum itu tercapai saya tidak mungkin balik kerja karena tidak akan konsen bekerja.

Malam Senin kami sekeluarga setengah tidur, karena sebentar-sebentar harus lari keluar karena adanya teriakan gempa.

Senin 29 Mei 2006

Pagi jam 07.00 saya meluncur ke Yogya menuju rumah Irda, ikut truk yang akan mengevakuasi keluarga saya di Klaten yang juga rumahnya hancur. Semua karyawan yang bisa saya hubungi saya kumpulkan. Kami ngobrol, isinya hanya cerita-cerita tragis dan memilukan. Kami coba hibur mereka, sekedar memberikan dukungan moral agar kita tetap kuat dan tabah menghadapi bencana yang tiba-tiba ini.

Teleconference tidak jadi dilaksanakan, langsung mendapat kabar bahwa Pindo akan segera mengirim sembako dan Tim medis ke Yogya. Semua karyawan bersorak gembira. Kebanyakan dari mereka memang daerahnya hancur, susah makan dan tempat tinggal. keluarganya ada yang di pengungsian, atau rumah sakit. Saya langsung memesan minimal 20 tenda, indomie, obat-obatan dan  air minum karena itulah yang sangat mendesak saat itu.

Sambil menungu kiriman dari Karawang datang, Senin sore terpaksa saya numpang di rumah saudara yang di Sleman, karena ternyata rumah Irda tidak bisa ditempati, retak-retak dan tidak ada air maupun listrik. Saat itu juga kami mendapat informasi bahwa daerah Bantul semua bantuan yang datang dijarah di jalan-jalan masuk menuju  lokasi bencana.

Selasa 30 Mei 2006

Deny & Marimin merapat ke yogya jam 05.00 membawa 40 duz indomie, 3 terpal & obat-obatan.Tanpa tenaga medis.

Semua karyawan  kami kumpulkan kembali di rumah Irda untuk mengambil kiriman dan harus menggunakan sepeda motor, agar aman tanpa gangguan penjarah. Tampak keakraban yang mendalam diantara mereka sesama senasib.

Jam 09.00 wib  kami pisahkan obat-obatan menjadi 11 kotak dan kami distribusi ke karyawan yang daerahnya paling minim obat. Hari itu selesai pembagian indomie & obat-obatan untuk yang datang. Hanya 3 karyawan yang memperoleh terpal, itupun hanya ukuran 6 x 8 meter (saya pesan ukuran 15 x 10, dengan pertimbangan bisa dibikin rumah-rumahan ).

Selasa siang kami meluncur ke Klaten: daerah Bayat, Wedi, tidak bisa masuk ke daerah Gantiwarno karena padatnya kendaraan bantuan & relawan. Di Ceper kami belanja lagi Indomie 20 duz untuk karyawan yang tidak bisa datang ke “Posko Pindo”.

Malamnya setelah putar-putar Jogja, kami akhirnya mendapakan penginapan. Kebanyakan penginapan tutup karena bangunan rusak, atau system fasilitas yang terganggu.

Rabu 31 Mei 2006

 Satu dua karyawan kita balik ke Karawang untuk mencari dana buat keluarga mereka.

Kami bergerak menuju Bantul untuk penyerahan obat-obatan ke Posko Kesehatan. Kami pilih Posko yang di Kec Plered, karena daerah ini paling parah & paling rame pengungsi. Masih ada evakuasi korban, bisa dibilang semua penduduk tinggal di tenda-tenda,. Aktifitasnya sebagian antri sembako atau pengobatan massal di Posko. Tidak sedikit yang menjadi pengemis dadakan dengan menadahkan kardus minta belas kasihan, dengan pandangan memelas tanpa kata-kata.

Rabu sore kami sempat mampir dirumah (tepatnya bekas rumah) saudara saya di daerah Sampaan, Bantul. Rumah hancur, toko habis dijarah, alkhamdulillah semua keluarga selamat.

Kilas balik ke belakang, mulai Selasa inilah semua daerah bencana sudah padat merayap oleh armada bantuan dan relawan dengan pengawalan ketatpetugas keamanan, karena tidak sedikit barang-barang sudah dicegat di jalan masuk lokasi, dan diturunkan oleh warga. Pada malam hari semua laki-laki ronda malam, terhadap banyaknya rombongan maling yang berkeliaran karena didukung listrik yang belum menyala dan bangunan yang prorakporanda.

Rabus sore selesai distribusi, indomie masih tersisa beberapa duz kami tinggal di rumah Irda, untuk karyawan kita yang belum sempat datang.

Kamis 01 Juni 2006

Kamis sore kami berangkat ke Karawang, setelah sebelumnya ke GK untuk pamitan dengan ibu saya. Dengan perasaan campur aduk, kutinggalkan Jogjaku yang sedang menangis. Kota Indah Wisata itu kini benar-benar sedang dirundung malang. Kami juga mendengar bahwa gedung tempat penyimpanan pusaka di Keraton ambruk.

Selamat tinggal Jogja, mudah-mudahan aku bisa balik lagi untuk membuatmu tersenyum

Terima kasih kami ucapkan buat para pimpinan HRD: Bp. Lewi, Bp. Herwono, Bp. Seno, Bp. Dwi Agus juga teman-teman yang lain yang terus menerus memantau dan mendukung untuk menguatkan mental kami. Terus terang ini kali pertama bagi saya masuk ke lokasi bencana.

Mudah-mudahan bencana serupa tidak terulang lagi dimasa datang. Amien.

(Pada saat tulisan ini saya buat, daftar karyawan Pindo yang  keluarganya terkena korban, tercatat 50 karyawan. Ada satu orang yang ibunya meningal dunia. Sedang direncanakan  pengiriman bantuan ke2 untuk mereka).

Berikut kami kirim sebagian tulisan asli via SMS yang kami terima dari sebagian karyawan kita. Putusnya hubungan komunikasi membuat informasi tersendat. Isi SMS mungkin agak susah dimengerti, bisa dimaklumi mungkin terburu-buru atau dalam kondisi panik & sedih.

1.             MARGIYANTO

sms 28.05.2006 jam 21:39:15

Pak keluarga sy selamat cuma rumah kakak aja rata dgn tanah terus luka adik saya cuma patah tlng kaki tp sdh ditangani rs klaten

2.             GUNADI

sms 28.05.2006 jam 20:06:30

Rumah hancur semua rata tanah, korban 17 mati luka2 tak terhitung tapi kluarga slamat. Butuh obat2an, minyak tanah, sembako, terpal

sms 28.05.2006 jam 19.56.17

RT 01 rw 01 dukuh JENON. DS.Ngandong. kec.Gantiwarno, Klaten.

(sms berikutnya ybs janjian dengan saya untuk penyerahan indomie dan obat-obatan dibawah reklame, dekat SGM Jl. Solo, tapi saya tunggu ½ jam tidak ketemu. Sinyal putus,)

3.             DWI A

sms 29.05.2006 jam 10:24:30

Lokasi di ganjuran utara rs Elisabeth Jl. Samas. Barat masjid. Semua rumah pada roboh. Bapak saya ungsikan ke Pakem karna kepala ketimpa kayu. Dwi A 9983

4.             DARWADI

Sms 29.05.2006 jam 07:03:17

Alhamdulillah kluarga smua slamat. Saat ini yg dubutuhkan: tenda, penerangan, obat2an & makanan.

5.             SARJIYO

sms 28.05.2006 jam 17:55:34

Kluarga dah aman, 1 aja yg luka (retak tulang pngung dah di rontgen dan dpt ruangan. nunggu tindak lanjut dokter. Mgkn bsk siang ak ke kmpung tar mampir ke Pak Irna

Sms 02.06.2006 jam 10:48:12

Sampai saat ini ak blm mendapatkan tenda tuk berteduh or.tu. Yg kmrn 1tenda terlanjur tuk umum yg nrima. Stlh berdri tenda Ak br kerj. Sabtu minggu cuti lg!

Karawang, 03 juni 2006

Yanto mardiyanto

Ketua Team Bantuan Gempa Pindo

 

 D.H

 Terima kasih Yanto dan Irda dan Denny yg telah banyak membantu keluarga besar Pindo yg dari Yogya. Besar Pahalamu dan semoga Tuhan memberikan kekuatan, kesehatan dan juga rizki yg berlimpah dimana jerih payahmu tdk sia-sia telah  membantu yg sedang dirundung malang dan petaka.

 

Jangan berkecil hati,  setiap  ujian pasti ada jalan keluar walaupun perlu waktu yg lama. Dan dengan kejadian tsb itu akan mengingatkan kita agar kita jangan berpaling dari  ALLAH SWT dimana saat ini banyak sekali kita sdh lupa padaNya. Bila ada kesulitan baru mencari ALLAH SWT dan bila sedang senang  ktia sering lupa

 Kita doakan rekan-rekan lainnya yg masih di Yogya dan bantuan lainnya menyusul dimana setiap karyawan dipotong Rp. 5.000 dan 10.000,-. Saat ini Pak Herwono  sedang koordinasi dgn Pak Etin dan Pak Felix untuk buat surat permohonan meminjam dana potongan  tsb terlebih dahulu agar bantuan bisa lebih cepat lagi.

 

Ibu Lucy C dan rekan-rekan dari Tsu  Chi juga sdh berangkat ke Yogya minggu lalu untuk menyalurkan bantuan kesana. Saat ini dari Tsu Chi dan Yayasan Eka Tjipta Foundation   sedang kumpulkan dana  dilalangan Sinar Mas Group.  Dari Serang dan mills lainnya sdh berangkat ke Yogya

 Sekali lagi terima kasih.

also see: Yogya menangis-2

more: Renungan diri